AKU ADALAH AKU
Siang ini sangat gelap bagiku ,pohon-pohon
itu kekeringan dan munggugurkan daun-daunnya karena tak ada hujan yang mau
memberinya minum . Alam merasakan teriknya mentari dan alam taksabar menunggu datangnya petang , namun
berbeda halnya denganku cahaya mentari yang kunikmati kurasa meredup . Semuanya
bertumpu kepadaku memintaku mengisikan
kertas-kertas ulangan mereka ,tak sempat tuk ku ladenin satu persatu karena ku
harus memikirkan nasip kertasku.
“ Hy no 1 , 3,dan 7 apa isinya ” bisik
suara disekitarku . Ku sangat terganggu dengan bisikan-bisikan itu ditambah
ingattan ku pada permintatan ibu . Aku coba tuk kosentrasi dengan menutup telingaku .
“ Jangan sampai tugas ku berantakan akibat
menyelesaikan tugas orang ” ujar batinku memberikan motivasi untuk diriku.
“ Alhamdullillah semuanya suda terisi ”
kubereskan semua alat-alat tulis,kukumpulkan kertas ulangan tanpa mempedulikan
suasana kelas saat itu.
“ Bagus …kamu seratus dan sekarang boleh
pulang , jangan kasih contekkan pada teman . Ilmu itu di dapat dari lidah yang
gemar bertanya dan akal yang suka berpikir, ya sepertimu !tidak seperti
teman-teman kamu ini berusaha mati-matian untuk mencontek “ ujar guru menghampiri bangkuku sambil tersenyum
manis memberikan sindiran pada teman-temanku yang sibuk memperjuangkan isi untuk
kertasnya . Ku beranjak dari bangku tempat dudukku dan meninggalkan kelas
dengan berpamitan kepada guru jam itu.
***
“ …kamarku ...” hanya itu yang terlintas di benakku , mengingat betapa lelahnya hari ini.
Aku
selalu merasakan ketenangan , nyaman , tentram,semua masalah hilang begitu saja
bila sudah berada di kamar ini . Dindingnya yang penuh lukisan – lukisan
menarik , meja belajar yang penuh dengan tumpukan buku-buku yang sangat aku sukai
ada buku Biologi , Fisika , Kimia dan
yang lain-lainnya . Disamping tumpukan buku-buku itu ada jam mini yang ada foto
aku dan fotonya memakai baju putih
abu-abu di gapura sekolah kami , setiap
aku memandang foto itu aku takkan pernah absen tuk tersenyum , terbayang
olehku saat –saat indah bersamanya , mendengarkan nasehat-nasehatnya dan saling
berbagi cerita mengisi kekurangan satu dan lainnya.
Disamping
jam mini itu ada hiasan yang tak kalah juga mendapat perhatian dari ku yaitu
globe , tulisan Allah dan Muhammad sepetri alquran yang sedang terbuka yang
berwarna emas dan disampinnya pena berwarna emas . Globe ,tulisan dan pena itu
satu set yang terbingkai indah dan menarik,kado darinya disaat ulang tahunku
dulu.
Kasurku
yang sangat menggoda dibaluti seprei berwarna coklat , ya coklat warna yang aku
sukai , diatas kasur ada boneka kucing yang berbulu coklat juga .
“ Capek …banyak masalah lagi ” kerutu
batinku sambil membuka pintu kamarku , teringat olehku kata bijak yang sangat
ku percayai . Masalah adalah ujian
pendewasaan , Jadi tidak ada alasan menyalahkan keadaan , Benahi diri sendiri
dan jadi pribadi yang dewasa bagiku dan lingkunganku .
***
“ Nak …Makan dulu ya ? jadikan nak
ngambil ekstra silat itu? itu pun juga untukmu kebaikanmu , bisa bersilat dapat menjaga diri kita , apalagi kamu cewek nak ! ” teriak
ibuku dari meja makan . Tak ku hiraukan sedikitpun perkaatan ibu , bergegas kumelepaskan
seragam dan tas dari tubuhku , ku hidupkan kipas angin dan mengempaskan tubuhku ke kasur . Tak sadar ku
terbawa arus keletihan , aku tenggelam dalam alam mimpi.
***
Aku sedang bercanda tawa dengannya
di atas bukit salju duduk di sebuah tuggul yang sudah memutih oleh salju
, namun aku tak banyak bicara mukaku kusut seperti gumpalan benang basah . dia berusaha
memperbaiki gumpalan benang itu dan membuat benang yang basah itu kering agar
bisa mencair kan suasana .
“
cemburut aja mukanya,bukannya ulangan tadi masih kamu yang tertinggi di kelas
kita , lantas apa yang membuat kamu cemberut?” memberikan tatapan akan
ketulusan hatinya kepadaku namun Aku hanya terdiam kehilangan kata –kata
“ apa masalah ekstra silat lagi ?
menurutku silat itu bagus banget untuk kamu , itukan salah satu bela diri . Jadi
kamu bisa menjaga diri bila nanti kamu jauh dari orang tua dan tidak
disampingku ” dia sembari menatap wajahku
“ tapi jangan kwatir aku yang tulus
mencintaimu takkan berjalan di depanmu , atau bersantai-santai di belakangmu . Aku akan selalu berjalan di
sampingmu ” ujarnya dengan lembut berharap
agar hatiku luluh dan mau mendengarkan kata-katanya itu . Butiran-butiran salju
mulai berterbangan , angin sepoi-sepoi berlahan-lahan menusuk kulit dan diikuti
jilbab coklatku tersayup-sayup lemah gemulai seakan –akan bermain dengan
gelombang angin yang kian kemari . kulihat wajahnya yang sangat berharap menunguku untuk mengujarkan kata demi kata .
“ Aku tak mau ikut latihan silat , capek
…..TITIKKKKKK , mendingan aku di suruh belajar seharian dari pada latian jingkrak-jingkrak atau
apalah itu… ” sumpah serapa batinku , mengapa pacarku dan orang tuaku
menyuruhku pada apa yang tidak aku sukai sedikitpun , hati ini seakan mau berterik sekeras-kerasnya , “…aku benci kekerasan aku
benci silat...”.
***
“
kriiiiinggg…..kkriii riii riiiiiiii ……………….gggg….kriiiiinggg…..kkriii riii
riiiiiiii ……………….gggg….kriiiiinggg…..kkriii riii riiiiiiii ……………….gggg….tuuuk….tuuu
kkkkk……tuuukk…….tuuu uu u kk kk druuukk
kk “ Terdengar bunyi yang bersamaan
berulang kali , aku sangat panik namun ku masih melihat wajanya tenang seperti
tak mendengar suara yang ku dengar itu . Kutarik tangannya dan membawanya
berlari sampai ngos-ngosan . Namun bunyi itu tak juga hilang dari pendengaranku
, ternyata alaram yang sedang berdering pada pukul 17.30 dan pintu kamar yang
di ketok-ketok oleh ibu.
“ Nak….n…a…aa…kk bangunlah,bangunla lagi
nak ! ” ujar ibu berulang-ulang membuatku bangkit dari alam mimpi dan membuka
pintu kamar . Mandi lagi pinta ibu padaku.
Setelah
ku selesai mandi aku disuruh menemuinya di ruangan keluarga .
***
“
Jadi mengambil ektra silat itu ” Ingin aku menyumbat telinga dengan gabus
setebal tembok china . Malas aku mendengar ocehannya . Di sisi lain
, petuah-petuahnya memang menyakiti hatiku . Terasa begitu tepat mengenai
perasaanku terdengar lagi pertanyaan yang tidak kuharapkan . Ku tarik nafasku
panjang –panjang menbuat Suasana tetap
tenang .
“ Ibu …! Aku tidak suka dengan silat itu
, meski ibu sudah lama bermohon-mohon
memintaku agar ikut latihan silat tapi semua usaha ibu sia-sia saja untuk ibu
lanjutkan . Pendirianku takkan berubah karena tetap pada keputusanku ingin
ektra bimbingan masuk PTN idamanku , bukan untuk mempersiapkan ilmu beladiri
dan semacamnya . Bagiku yang menjaga kita adalah allah apapun yang terjadi sudah diatur oleh takdir .
Dan ibu sama saja dengan pacarku SILAT….
. …SILAT melulu , kalian seperti tak kenal aku saja padahal kalian
adalah orang-orang terdekatku ” ujarku panjang lebar kepada ibu , ibu hanya
terdiam mendengar ocehan yang keluar dari mulutku , munkin saja hatinya sudah
bisa memahami bahwa aku adalah aku . Aku sangat keras dan susah untuk merupah
pendirian , sudah banyak kejadian masa lalu yang bisa dijadikan contoh
sekeras-kerasnya dia berusaha jika aku tak mau akan nihil juga.
“ Ya sudah, terserah padamu nak , kamu
yang menjalani hidupmu” balas ibu kepadaku dengan lembut.
Mataku tetap terasa kering kerontang
meskipun aku berusaha kosentrasi mendengarkan perkataan ibu. Kutopang
daguku . Kutampar pipiku . Namun atmosfer yang dikerubuti debu-debu
Matematika gencar menyuruhku . Semua pertanyaan dihatiku rasanya mengawang
dalam kepalaku . Langit di luar mendung tampa bintang-bintang .
Meniru atmosfer hatiku . Aku sangat heran ibu mengalah untukku .
“ Terimakasih ibu ..” kupeluk ibuku
seerat-eratnya sakin gembiranya perasaanku , aku bersyukur ibu tak lagi
memaksaku seperti sediakala .
…….end…….
by : Marianti